Kamu Mengejar Nilai Untuk Siapa?
Salam membaca! Semoga selamat dan kesejahteraan dilimpahkan kepada teman-teman para pembaca setia UNI-QUE. Tak henti-hentinya penulis bersyukur setiap hari bisa menyapa para pembaca lewat artikel penulis yang tidak seberapa ini, namun penulis selalu berharap, dari informasi yang penulis kemas dalam tulisan ini bisa bermanfaat serta membangunkan kita semua dari hibernasinya kita selama ini. Artikel ini akan membahas lebih dalam makna tentang kehidupan.
Seperti yang pernah ditulis dalam artikel sebelumnya, bahwa berpikir merupakan hal terpenting yang seharusnya dilakukan oleh kita semua umat yang beragama. Karena justru kita beragama karena telah melalui proses berpikir. Tapi sayang sekali, diantara kita ternyata tidak semua melakukan proses ini... Masih banyak diantara kita yang menjalani kehidupan karena ramean yang melakukan segala ritual keagamaan, tapi tidak sedikit juga orang-orang yang mengaku beragama, dan baru hanya mengaku saja karena cerminan sifatnya sama sekali bukan orang yang memiliki agama. Makanya Al-Qur'an selalu mengatakan bahwa "Al-Quran adalah untuk mereka yang berpikir".
Agama merupakan Aturan Gawe Manusia yang ketentuannya berasal dari Sang Maha Pencipta. Sebagai umat yang beragama, menjalankan agama sih menjalankan, tapi yang kita lakukan itu masih sebatas ritual-ritual saja, sedangkan makna dari ritual itu sendiri tidak tahu, tidak di aplikasikan kedalam kehidupan. Makanya tidak heran banyak yang mengaku beragama tapi sikapnya tempramen, tidak bisa mengontrol emosinya, radikal, nafsuan, ego dll. Padahal justru karena adanya agama, manusia dimudahkan untuk bisa mengontrol semua itu karena Rosulullah SAW sudah menerjemahkan ajaran agama agar supaya masuk kedalam logika umatnya yang jahiliyah, dengan kata lain sudah dibuat jadi mudah dimengerti saking belet nya kita. Tapi ternyata sudah dimudahkan masih saja tidak paham makna dari yang diajarkan dalam agama Islam contohnya Sholat saja... Manusia yang benar-benar melakukan sholat, itu pasti memiliki sifat dan watak yang terpuji setelah itu, bisa mengendalikan emosi, menurunkan ego, tidak bergantung dengan hal-hal duniawi (walau tidak punya uang atau pengikut juga masih menjalankan hidup penuh semangat seperti biasa dan sabar, tidak jadi menipu sana-sini, memfitnah oramg lain supaya bisa mendapatkan pembelaan, dibela banyak orang adalah kebutuhan duniawi, begitu pula setelah banyak yang bela, uang akan berdatangan), tidak bersedih hati, dan tidak takut, karena memang manusia yang benar-benar beriman kepada Sang Maha Pencipta, itu tidak ada kekhawatiran di hati mereka juga tidak bersedih.
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَىٰ وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Sesungguhnya orang-orang Mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Shâbi’un, siapa saja di antara mereka yang beriman kepada Allâh dan hari akhir serta beramal shaleh mereka akan menerima pahala dari Rabb mereka; tidak ada kekhawatiran bagi mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. (Al-Baqarah 2:62)
Jika masih ada diantara kita yang mengaku sudah menjalankan agamanya dengan benar, seharusnya tindakan nyata nya sudah terlihat sangat terpuji, bukan terlihat dari kata-kata nya, karena mulut bisa berbohong tapi dari aksinya, dari tindakan nyatanya.
Salah satu bukti bahwa kita ini menjalankan agama dari hasil berpikir atau karena ramean adalah tentang pernikahan. Hampir semua jadi menganggap belum menikah jika tidak mengadakan resepsi atau pesta yang dimana biayanya itu sangat sangat mahal sekali, dengan bermacam pilihan mau di gedung atau hotel, belum pernak-pernik segala macem padahal sewa tempatnya saja sudah mahal. Kalau kita sekiranya tidak mampu untuk mengadakan pesta, tidak apa-apa jika tidak mengadakannya. Kenapa membuat semua itu jadi wajib dan kamu akhirnya rela pinjam sana pinjam sini untuk kebutuhan pesta pernikahan. Blog UNI-QUE tidak pernah mengatakan mengadakan pesta dalam Islam tidak boleh ya.... BOLEH, jika kelebihan harta, mau mengundang anak yatim-piatu makan bersama, atau pesta besar itu boleeeh banget, kan jadi sedekah, berbagi kebahagiaan dan rezeki. Tapi jika kita berpikir pakai akal, sudah tidak mampu, mau mengadakan pesta, berharap balik modal dari "amplop". Padahal kamu tahu yang wajib adalah akad nya, tapi karena sudah Budaya atau BUkan berasal DAri keYAkinan-Nya jadi membuat ritual pesta itu harus. Ini bukan mengatakan menjalankan budaya itu tidak boleh ya, tapi pilih lah yang paling penting dulu jadi prioritas, bukan jadi budaya dulu yang tidak wajib jadi prioritas pertama dan harus. Memangnya Ijab Qobul saja tidak cukup? Bagaimana kamu tahu kalau pernikahan mu di ridhoi-Nya? Kalau kita nya saja perpikir belum menikah kalau belum mengadakan pesta padahal modal tipis. Jika kita berpikir menggunakan akal, walau punya uang pun bisa dipakai untuk modal usaha atau mulai mencicil tanah untuk tempat tinggal. Mereka yang mempunyai uang berlebih boleh-boleh saja mengadakan pesta, tapi bisa jadi salah jika tujuannya untuk mendapatkan nilai di hadapan manusia, padahal jelas menikah itu adalah untuk mengejar nilai di hadapan Sang Maha Pencipta, tapi kebanyakan orang-orang yang mengadakan pesta ini pastilah ingin mengejar nilai di hadapan manusia... "waah dia pesta pernikahannya di hotel", "waaah, hebat ya mereka ngadain pesta dipinggir pantai", manusia mana yang tidak ingin dapat pujian seperti ini? jelaslah sudah kita ini mengejar nilai di hadapan manusia. Jadi, apa benar kamu pinjam uang kesana-kesini demi dipandang dihadapan manusia? Kelebihan harta memang bisa membuat kita jadi congkak ya, guys. Karena harta adalah ujian.
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. (Al-Anfal: 28)
Jadi... Kamu mengejar nilai dihadapan siapa?
Source: kutipan Dicky Zainal Arifin dalam bukunya Kesadaran
Baca juga informasi lainnya di UNI-QUE
Agama dan Budaya
Seperti yang pernah ditulis dalam artikel sebelumnya, bahwa berpikir merupakan hal terpenting yang seharusnya dilakukan oleh kita semua umat yang beragama. Karena justru kita beragama karena telah melalui proses berpikir. Tapi sayang sekali, diantara kita ternyata tidak semua melakukan proses ini... Masih banyak diantara kita yang menjalani kehidupan karena ramean yang melakukan segala ritual keagamaan, tapi tidak sedikit juga orang-orang yang mengaku beragama, dan baru hanya mengaku saja karena cerminan sifatnya sama sekali bukan orang yang memiliki agama. Makanya Al-Qur'an selalu mengatakan bahwa "Al-Quran adalah untuk mereka yang berpikir".
Agama merupakan Aturan Gawe Manusia yang ketentuannya berasal dari Sang Maha Pencipta. Sebagai umat yang beragama, menjalankan agama sih menjalankan, tapi yang kita lakukan itu masih sebatas ritual-ritual saja, sedangkan makna dari ritual itu sendiri tidak tahu, tidak di aplikasikan kedalam kehidupan. Makanya tidak heran banyak yang mengaku beragama tapi sikapnya tempramen, tidak bisa mengontrol emosinya, radikal, nafsuan, ego dll. Padahal justru karena adanya agama, manusia dimudahkan untuk bisa mengontrol semua itu karena Rosulullah SAW sudah menerjemahkan ajaran agama agar supaya masuk kedalam logika umatnya yang jahiliyah, dengan kata lain sudah dibuat jadi mudah dimengerti saking belet nya kita. Tapi ternyata sudah dimudahkan masih saja tidak paham makna dari yang diajarkan dalam agama Islam contohnya Sholat saja... Manusia yang benar-benar melakukan sholat, itu pasti memiliki sifat dan watak yang terpuji setelah itu, bisa mengendalikan emosi, menurunkan ego, tidak bergantung dengan hal-hal duniawi (walau tidak punya uang atau pengikut juga masih menjalankan hidup penuh semangat seperti biasa dan sabar, tidak jadi menipu sana-sini, memfitnah oramg lain supaya bisa mendapatkan pembelaan, dibela banyak orang adalah kebutuhan duniawi, begitu pula setelah banyak yang bela, uang akan berdatangan), tidak bersedih hati, dan tidak takut, karena memang manusia yang benar-benar beriman kepada Sang Maha Pencipta, itu tidak ada kekhawatiran di hati mereka juga tidak bersedih.
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَىٰ وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Sesungguhnya orang-orang Mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Shâbi’un, siapa saja di antara mereka yang beriman kepada Allâh dan hari akhir serta beramal shaleh mereka akan menerima pahala dari Rabb mereka; tidak ada kekhawatiran bagi mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. (Al-Baqarah 2:62)
Jika masih ada diantara kita yang mengaku sudah menjalankan agamanya dengan benar, seharusnya tindakan nyata nya sudah terlihat sangat terpuji, bukan terlihat dari kata-kata nya, karena mulut bisa berbohong tapi dari aksinya, dari tindakan nyatanya.
Salah satu bukti bahwa kita ini menjalankan agama dari hasil berpikir atau karena ramean adalah tentang pernikahan. Hampir semua jadi menganggap belum menikah jika tidak mengadakan resepsi atau pesta yang dimana biayanya itu sangat sangat mahal sekali, dengan bermacam pilihan mau di gedung atau hotel, belum pernak-pernik segala macem padahal sewa tempatnya saja sudah mahal. Kalau kita sekiranya tidak mampu untuk mengadakan pesta, tidak apa-apa jika tidak mengadakannya. Kenapa membuat semua itu jadi wajib dan kamu akhirnya rela pinjam sana pinjam sini untuk kebutuhan pesta pernikahan. Blog UNI-QUE tidak pernah mengatakan mengadakan pesta dalam Islam tidak boleh ya.... BOLEH, jika kelebihan harta, mau mengundang anak yatim-piatu makan bersama, atau pesta besar itu boleeeh banget, kan jadi sedekah, berbagi kebahagiaan dan rezeki. Tapi jika kita berpikir pakai akal, sudah tidak mampu, mau mengadakan pesta, berharap balik modal dari "amplop". Padahal kamu tahu yang wajib adalah akad nya, tapi karena sudah Budaya atau BUkan berasal DAri keYAkinan-Nya jadi membuat ritual pesta itu harus. Ini bukan mengatakan menjalankan budaya itu tidak boleh ya, tapi pilih lah yang paling penting dulu jadi prioritas, bukan jadi budaya dulu yang tidak wajib jadi prioritas pertama dan harus. Memangnya Ijab Qobul saja tidak cukup? Bagaimana kamu tahu kalau pernikahan mu di ridhoi-Nya? Kalau kita nya saja perpikir belum menikah kalau belum mengadakan pesta padahal modal tipis. Jika kita berpikir menggunakan akal, walau punya uang pun bisa dipakai untuk modal usaha atau mulai mencicil tanah untuk tempat tinggal. Mereka yang mempunyai uang berlebih boleh-boleh saja mengadakan pesta, tapi bisa jadi salah jika tujuannya untuk mendapatkan nilai di hadapan manusia, padahal jelas menikah itu adalah untuk mengejar nilai di hadapan Sang Maha Pencipta, tapi kebanyakan orang-orang yang mengadakan pesta ini pastilah ingin mengejar nilai di hadapan manusia... "waah dia pesta pernikahannya di hotel", "waaah, hebat ya mereka ngadain pesta dipinggir pantai", manusia mana yang tidak ingin dapat pujian seperti ini? jelaslah sudah kita ini mengejar nilai di hadapan manusia. Jadi, apa benar kamu pinjam uang kesana-kesini demi dipandang dihadapan manusia? Kelebihan harta memang bisa membuat kita jadi congkak ya, guys. Karena harta adalah ujian.
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. (Al-Anfal: 28)
Jadi... Kamu mengejar nilai dihadapan siapa?
Bangunlah secara Islami bukan secara Arabi |
Source: kutipan Dicky Zainal Arifin dalam bukunya Kesadaran
Baca juga informasi lainnya di UNI-QUE
Comments
Post a Comment
Isi komentar yang baik dan mengandung masukan untuk penulis nya ya :)
sangat dilarang keras berkata kasar dan mengkomentari dengan gaya bahasa sarkasme sekalipun. #NoDigitalHate