Perbaikan Mental Generasi Bangsa

Hai, salam membaca! 
Di pagi hari Jum'at yang cerah ini, penulis akan menulis artikel soal mengkritisi mental pemuda-pemudi bangsa saat ini. Pastinya banyak dari kita yang prihatin akan perilaku teman-teman kita yang lebih mengedepankan ego nya daripada logikanya. Tidak jarang juga kadang kita hendak sekali mencela-cela nya, tapi banyak sekali ternyata yang melakukan hal yang sama saja mengedepankan ego dengan sengaja saling mengatai satu sama lain.


Pendahuluan

Sebenernya ego itu apa sih? Ego itu adalah sifat yang merusak apabila dimunculkan. Memunculkan ego bisa menjadikan perpecahan. Egois adalah kata subjek nya, seorang yang egois pasti sangat tidak memikirkan keadaan disekelilingnya. Itulah umat yang egois selalu memunculkan ego nya terlebih dahulu dibanding logikanya.


Tidak ada cinta, tidak ada harapan di dunia ini
Para pembaca setia yang penulis sayangi, sebagai sesama umat manusia entah dari kalangan manapun, walau berbeda agama dan budaya, tapi kita tetap mempunyai satu kewajiban, yaitu mau bagaimanapun keadaan nya harus saling sayang menyayangi. Mengapa kita harus saling menyayangi? Perlu kita ketahui bahwa tinggal di satu tanah bersama-sama bernafas di satu udara dan menatap langit yang sama adalah nikmat yang sangaat luar biasa yang diberikan kepada kita. Justru karena kita tinggal di negri yang sama maka, saling tolong menolong kepada sesama seharusnya menjadi mental negri ini.
Tapi ketika ada umat yang menolong kesesama umatnya, atau menolong memperbaiki jalan keluar permasalahan ekonomi di negaranya, ternyata setelah diteliti yang tidak siap untuk menerima masukan umat yang semakin maju pemikirannya ini adalah diri kita sendiri.

Terlepas dari agama dan dogma, mau bagaimanapun manusia itu tidak mungkin tidak membutuhkan orang lain. Keadaan geografis saja telah membuktikan bahwa kita hidup beriringan itu memang sudah seharusnya terjadi kerja sama. Tapi faktanya yang kita lihat, sekarang ini banyak sekali terjadi permusuhan. Banyak oknum-oknum atau penulis lebih suka menyebutnya orang-orang yang tidak bertanggung jawab membuat beberapa aliran sesuai dengan selera yang orang-orang itu imani. Dan kemudian mereka mengatakan apapun yang keluar dari mulut mereka adalah yang paling benar selain dari itu yang keluar dari hasil pemikiran diri sendiri itu sesat dan bid'ah. Sebenarnya tidak perlu lho kita semua berdebat akan perbedaan pendapat, toh memang wajar manusia itu berbeda pendapat karna kita semua terlahir unik, ya memang tidak sama, makanya Tuhan kita semua memberikan akal kepada kita saat lahir, tidak ada kan manusia yang lahir tanpa akal? Biar saja mereka ingin berdebat sebab mereka sedang mencari anggota untuk mendukung kepentingan kelompok mereka.

Mungkin orang-orang yang tidak bertanggung jawab tersebut memang tidak bisa kita ubah menjadi tiada atau menjadi berpikiran sama dengan kita, kita tidak bisa mengubah sifat alami manusia. Tapi kita bisa mengubah pemikiran diri sendiri. Cobalah pikir bila ada salah satu dari mereka yang membuat anda kesal karna mereka bersikap memaksa supaya anda ikut-ikutan berpikiran yang sama memuaskan hati mereka, atau mengajak anda untuk berdebat, apakah relevan anda melayani mereka? itu sama saja anda seperti mereka, mudah tersulut api. Tidak apa-apa umat lain akan menilai sendiri perilaku mereka jika anda meninggalkan mereka untuk tidak menjadi sama seperti mereka.


Turunkan ego, maklumi orang lain


Memang rasanya sangat tidak kuasa untuk menahan ego. Sebab pengajaran yang diberikan kepada kita sejak kecil itu menyuruh kita untuk selalu mencari-cari letak kesalahan. Walau sebuah artikel itu bagus berisi hal-hal positif atau sebuah karya tulis hasil kerja keras orang lain yang seharusnya diapresiasi atau mendapat kritik, tapi ada-ada saja orang-orang mengkomentari jelek (bukan kritik, kalau kritik itu membangun, mengusulkan supaya bisa tepat guna, tapi ini menghina yang tujuannya menjatuhkan orang lain) setelah itu mengkait-kait kan kepada hal/kejadian yang tidak nyambung. Nah, itulah hasil dari ajaran yang kita terima dari kecil, ingat ya terlepas dari agama.

Setelah diteliti-teli, ternyata ada satu ajaran yang umum di ajarkan kepada anak dari para pendidik atau orang tua, yaitu selalu mengatakan kepada kita untuk tidak mencontoh perilaku buruk anak lain, disisi lain yang telah penulis teliti, ternyata perintah pendidik/orang tua tersebut malah diartikan oleh semua anak untuk selalu memperhatikan gerak-gerik orang lain. Kita jadi pengamat sikap orang lain, hingga pada akhirnya kita disibukkan untuk mengenal orang lain daripada mengenal diri kita sendiri. Kenapa kita jadi mengamati gerakan orang lain? sebab kalau kita mau tahu yang mana perilaku yang buruk yang tidak boleh ditiru itu, maka mustahil otak kita tidak memunculkan sifat yang diperlukan untuk mengetahui hal itu, yaitu mengamati perbuatan orang lain. Pemikiran itu sama seperti sebuah pengibaratan "Kalau ingin menciptakan dinosaurus paling pintar berantem bisa mengelabui musuh, kamu harus menciptakan beserta sifat nya. yaitu dengan menggunakan gen kadal yang bisa merubah warna menjadi sama dengan sekitarnya."
Hingga akhirnya, sifat itu masih terbawa hingga kita dewasa, yakni sifat memperhatikan apa yang orang lain lakukan, kemudian mencari celah untuk di cemooh.

Jelas para pendidik dan orang tua tidak bermaksud seperti itu, makanya kita semua baik sebagai calon orang tua, maupun yang sudah menjadi orang tua, seharusnya kita membiarkan anak kita mempunyai sifat nya sendiri. Buatlah mereka menyukai sesuatu dari lubuk hatinya, lalu biarkan mereka mengeksplorasi kebebasannya mengenali dunia yang indah ini, kita para pendidik nya hanya mengawasi nya bukan mengawasi supaya mereka anak-anak kita menjadi apa yang kita mau, tapi mengawasinya kalau dia sedih, kecewa, tidak semangat, dan marah. Itulah yang kita semua dan anak-anak inginkan, mereka lebih melihat contoh aksi nyata dari orang tua nya. Perhatian dari pendidiknya yaitu orang tua adalah satu-satunya hal yang paling mereka butuhkan daripada guru, sebenarnya. Lebih banyaklah mengenali diri sendiri yaaa...;)


This is true guys :)

Nah, apabila kita sudah terlanjur beranjak dewasa, kita semua kan memiliki akal, mari kita buang semua kepercayaan yang tidak masuk di logika tentunya setelah kamu meneliti nya dulu yah ;)


"Turunkan ego, maklumi orang lain"

Penulis yakin, apabila kita mau mendiskusikan apa yang salah di lingkungan kita mungkin akan memperlihatkan sesuatu yang menjadi dasar kenapa semakin banyak saja tempat yang tidak aman, atau banyak orang-orang yang pemikirannya semakin radikal dsb. Apabila memikirkan nya dengan kepala dingin dan pemikiran yang jernih, pasti sesuatu yang salah itu dapat ditemukan. Oleh sebab itu, demi masa depan hidup kita semua yang lebih cerah lagi.. Yuk, kita berubah tidak mengedepankan emosional, tapi juga seimbang dengan logika.


Berikan energimu untuk menolong umat yang membutuhkan daripada kamu membalas debat yang levelnya dibawah kamu


Baca juga informasi lainnya di UNI-QUE

Comments

  1. Iya. Betul. Emosi itu penting tetapi jangan berlebihan dan jangan saling mengedepankan ego masing-masing. Bisa membuat suasana jadi tidak menyenangkan

    ReplyDelete
  2. Menurutku, anak-anak generasi millenial sekarang memang lebih sulit untuk mengendalikan ego mereka dibandingkan dengan orang-orang kelahiran 90an... hehhee...

    ReplyDelete
  3. Bener banget jaman skrng ini banyak orang2 yang lupa untuk bisa mengkontrol ego masing2 supaya bisa punya sifat yang baik

    ReplyDelete
  4. Harus menahan ego dan emosi agar pertemanan tidak rusak dan selalu tercipta kerukunan

    ReplyDelete
  5. Setuju sama artikel kamu, aku sendiri pun merasa masih kesulitan mengendalikan ego sendiri. Thanks for sharing!

    ReplyDelete
  6. Seharusnya remaja juga baca artikel ini, biar mereka juga lebih sadar, dan kita yang sudah menjadi orang tua harus memcontohkan yang baik buat anak

    ReplyDelete
  7. jaman now tidak hanya kecerdasan akademis yang diperlukan tapi kecerdasan ego juga :)

    ReplyDelete
  8. Bener banget, jaman skrg susah untuk mengendalikan ego dan emosi, harus di ajarkan dan di biasakan dari awal

    ReplyDelete

Post a Comment

Isi komentar yang baik dan mengandung masukan untuk penulis nya ya :)
sangat dilarang keras berkata kasar dan mengkomentari dengan gaya bahasa sarkasme sekalipun. #NoDigitalHate

Popular Posts