Ancient Egyptian Religion
Pada zaman dulu di Mesir, tepatnya saat zaman kekuasaan dikuasai oleh seseorang yang dijuluki Pharaoh (Fir'aun), seluruh rakyat mesir menganut Polytheism sebagai kepercayaan nya. Polytheism atau dalam bahasa Indonesia nya berarti banyak menyembah lebih dari satu Tuhan/ musyrik.
Rakyat Mesir kuno meyakini bahwa seluruh Mesir dimiliki oleh para dewa, dan bahwa Firaun merupakan perwakilan dewa di bumi atau bahkan mungkin perwujudan dewa itu sendiri, sehingga segala yang ada di Mesir merupakan milik Firaun.
orang Mesir kuno menganut politeisme selama Kerajaan Lama, Kerajaan Pertengahan, hingga Kerajaan Baru. Ini artinya mereka meyakini banyak dewa, beberapa di antaranya adalah Ra, Anubis, Osiris, Isis, dan Horus. Para dewa ini disembah dengan kurban hewan serta dengan sesajen dan banyak prosesi dimana orang-orang mengarak patung dewa dari satu tempat ke tempat lain.
Jangan salah paham lho, selama ini, mungkin sebagian orang menyebutkan bahwa Firaun adalah nama manusia.. Firaun bukan nama manusia, firaun adalah istilah penguasa Mesir yang merupakan pemimpin keagamaan dan politik kesatuan Mesir kuno.
Asal mula gelar Firaun terjadi pada masa awal-awal perkembangan masyarakat lembah Sungai Nil yang sangat subur yang bercorak pertanian (zaman batu). Untuk pengairan, masyarakat mesir kuno pada awalnya mengandalkan musim banjir dan kemudian dilengkapi dengan irigasi teknis pada masa-masa berikutnya. Karena tanah dan batas-batas tanah sangat penting dalam struktur masyarakat mesir kuno saat itu, maka diangkatlah tokoh masyarakat yang dihormati untuk mengatur batas-batas tanah dan segala hal yang menyangkut tata kehidupan masyarakat. Tetua masyarakat itu diberi gelar pharaoh (firaun) yang karena berkembangnya sistem kemasyarakatan dan negara, Pharaoh ini diangkat menjadi raja yang pada masa itu sebagai pemimpin negara dan pemimpin keagamaan.
Sekitar 10000 SM, penduduk Mesir sudah amat banyak sehingga orang-orang terpaksa menghasilkan makanan mereka sendiri alih-alih berburu dan mengumpulkan makanan. Pada masa yang sama, orang-orang di Asia Barat juga mulai bercocok tanam. Kemungkinan orang sudah lama mengetahui cara bercocok tanam namun lebih suka pergi ke luar dan mencari makanan liar, karena lebih mudah. Akan tetapi ketika jumlah penduduk sudah terlalu banyak, makanan liar mulai tidak mencukupi kebutuhan bagi semua orang, dan dengan demikian orang-orang harus mulai bercocok tanam. Proses ini disebut Revolusi Agrikultur.
Kerajaan Lama
Setelah Mesir pertama kali disatukan sekitar tahun 3000 SM di bawah Firaun dari Mesir Hulu, para Firaun dengan cepat memperoleh kekuasaan yang besar atas rakyatnya. Ibukota Firaun adalah di Memphis.
Karena Kerajaan Lama berlangsung pada masa yang amat lampau, tidak banyak yang diketahi mengenai periode ini. Tampaknya para Firaun Kerajaan Lama menjalankan irigasi sisteamtis pertama dari sungai Nil, yang memungkinkan lebih banyak orang untuk tinggal di Mesir tanpa mengalami kelaparan. Piramida dibangun pada periode ini sebagai makam besar bagi para Firaun. Kemungkinan piramida dibangun oleh orang-orang yang biasanya menjadi petani, seperti kebanyakan orang pada masa itu. Mereka mungkin membangun sedikit bagian piramida setiap tahun, selama sungai Nil meluap sehingga kegiatan bercocok tanam tidak dapat dijalankan.
Firaun terakhir di Kerajaan Lama adalah Pepi II, yang baru berusia enam tahun ketika dinobatkan sebagai Firaun. Ibunya, Ankhesenpepi II, barangkali adalah yang sebenarnya memegang kekuasaan atas nama putranya. Ia kemungkinan telah terbiasa pada gagasan mengenai perempuan yang berkuasa. Ibu Ankhesenpepi II, Nebet, menjadi wazir bagi kakek Pepy II, Pepi I. Ankhesenpepi II mungkin berkuasa hingga Pepi II tumbuh dewasa, atau setelah ia meninggal. Setelah kematiannya, Pepi II secara berangsur-angsur kehilangan kekuasaannya, dan orang-irabf kaya lainnya di Mesir mulai mengendalikan wilayah mereka sendiri layaknya raja. Ini disebut Periode Pertengahan Pertama.
*pada zaman dahulu, rakyat Mesir sangat mengagungi Firaun karena setiap Firaun yang diangkat mengaku sebagai Tuhan, juga rakyat mempercayai bahwa orang yang menjadi Firaun adalah keturunan Dewa, maka mengapa orang2 Mesir membangun pemakaman untuk Firaun berbentuk piramid? itu karena mereka percaya bahwa semakin tinggi bangunan maka semakin dekat dengan Tuhan.
Periode Pertengahan Pertama
Berakhirnya Kerajaan Lama, sekitar 2100 SM, tampaknya disebabkan oleh pemberontakan orang-orang dari kalangan yang kaya. Mereka merasa bahwa Firaun memiliki kekuasaan yang terlalu besar. Secara berangsur-angsur Firaun menjadi semakin bergantung pada para pejabat pemerintahan, dan orang-orang ini pun merebut kekuasaan. Beberapa pengelolaan negara mulai terhenti. Piramida tak lagi dibangun. Sumber-sumber tertulis menggambarkan masa-masa anarki, para bangsawan bekerja di ladang, anak membunuh orang tua, sesama saudara saling bertikai, dan makam-makam dihancurkan. Beberapa sejarawan berpendapat bahwa kekacauan ini mungkin disebabkan oleh perubahan iklim besar yang memicu kondisi kekeringan di Mesir.
Kerajaan Pertengahan
Periode Pertengahan Kedua
Big thank's to Wiki book.
Rakyat Mesir kuno meyakini bahwa seluruh Mesir dimiliki oleh para dewa, dan bahwa Firaun merupakan perwakilan dewa di bumi atau bahkan mungkin perwujudan dewa itu sendiri, sehingga segala yang ada di Mesir merupakan milik Firaun.
orang Mesir kuno menganut politeisme selama Kerajaan Lama, Kerajaan Pertengahan, hingga Kerajaan Baru. Ini artinya mereka meyakini banyak dewa, beberapa di antaranya adalah Ra, Anubis, Osiris, Isis, dan Horus. Para dewa ini disembah dengan kurban hewan serta dengan sesajen dan banyak prosesi dimana orang-orang mengarak patung dewa dari satu tempat ke tempat lain.
Jangan salah paham lho, selama ini, mungkin sebagian orang menyebutkan bahwa Firaun adalah nama manusia.. Firaun bukan nama manusia, firaun adalah istilah penguasa Mesir yang merupakan pemimpin keagamaan dan politik kesatuan Mesir kuno.
Asal mula gelar Firaun terjadi pada masa awal-awal perkembangan masyarakat lembah Sungai Nil yang sangat subur yang bercorak pertanian (zaman batu). Untuk pengairan, masyarakat mesir kuno pada awalnya mengandalkan musim banjir dan kemudian dilengkapi dengan irigasi teknis pada masa-masa berikutnya. Karena tanah dan batas-batas tanah sangat penting dalam struktur masyarakat mesir kuno saat itu, maka diangkatlah tokoh masyarakat yang dihormati untuk mengatur batas-batas tanah dan segala hal yang menyangkut tata kehidupan masyarakat. Tetua masyarakat itu diberi gelar pharaoh (firaun) yang karena berkembangnya sistem kemasyarakatan dan negara, Pharaoh ini diangkat menjadi raja yang pada masa itu sebagai pemimpin negara dan pemimpin keagamaan.
Sejarah perkembangan Paham agama di Mesir
Zaman BatuSekitar 10000 SM, penduduk Mesir sudah amat banyak sehingga orang-orang terpaksa menghasilkan makanan mereka sendiri alih-alih berburu dan mengumpulkan makanan. Pada masa yang sama, orang-orang di Asia Barat juga mulai bercocok tanam. Kemungkinan orang sudah lama mengetahui cara bercocok tanam namun lebih suka pergi ke luar dan mencari makanan liar, karena lebih mudah. Akan tetapi ketika jumlah penduduk sudah terlalu banyak, makanan liar mulai tidak mencukupi kebutuhan bagi semua orang, dan dengan demikian orang-orang harus mulai bercocok tanam. Proses ini disebut Revolusi Agrikultur.
Kerajaan Lama
Setelah Mesir pertama kali disatukan sekitar tahun 3000 SM di bawah Firaun dari Mesir Hulu, para Firaun dengan cepat memperoleh kekuasaan yang besar atas rakyatnya. Ibukota Firaun adalah di Memphis.
Karena Kerajaan Lama berlangsung pada masa yang amat lampau, tidak banyak yang diketahi mengenai periode ini. Tampaknya para Firaun Kerajaan Lama menjalankan irigasi sisteamtis pertama dari sungai Nil, yang memungkinkan lebih banyak orang untuk tinggal di Mesir tanpa mengalami kelaparan. Piramida dibangun pada periode ini sebagai makam besar bagi para Firaun. Kemungkinan piramida dibangun oleh orang-orang yang biasanya menjadi petani, seperti kebanyakan orang pada masa itu. Mereka mungkin membangun sedikit bagian piramida setiap tahun, selama sungai Nil meluap sehingga kegiatan bercocok tanam tidak dapat dijalankan.
Firaun terakhir di Kerajaan Lama adalah Pepi II, yang baru berusia enam tahun ketika dinobatkan sebagai Firaun. Ibunya, Ankhesenpepi II, barangkali adalah yang sebenarnya memegang kekuasaan atas nama putranya. Ia kemungkinan telah terbiasa pada gagasan mengenai perempuan yang berkuasa. Ibu Ankhesenpepi II, Nebet, menjadi wazir bagi kakek Pepy II, Pepi I. Ankhesenpepi II mungkin berkuasa hingga Pepi II tumbuh dewasa, atau setelah ia meninggal. Setelah kematiannya, Pepi II secara berangsur-angsur kehilangan kekuasaannya, dan orang-irabf kaya lainnya di Mesir mulai mengendalikan wilayah mereka sendiri layaknya raja. Ini disebut Periode Pertengahan Pertama.
patung Firaun pada kerajaan lama yaitu Pepi II yang di pangku oleh ibunya Ankhesenpepi II |
*pada zaman dahulu, rakyat Mesir sangat mengagungi Firaun karena setiap Firaun yang diangkat mengaku sebagai Tuhan, juga rakyat mempercayai bahwa orang yang menjadi Firaun adalah keturunan Dewa, maka mengapa orang2 Mesir membangun pemakaman untuk Firaun berbentuk piramid? itu karena mereka percaya bahwa semakin tinggi bangunan maka semakin dekat dengan Tuhan.
Periode Pertengahan Pertama
Berakhirnya Kerajaan Lama, sekitar 2100 SM, tampaknya disebabkan oleh pemberontakan orang-orang dari kalangan yang kaya. Mereka merasa bahwa Firaun memiliki kekuasaan yang terlalu besar. Secara berangsur-angsur Firaun menjadi semakin bergantung pada para pejabat pemerintahan, dan orang-orang ini pun merebut kekuasaan. Beberapa pengelolaan negara mulai terhenti. Piramida tak lagi dibangun. Sumber-sumber tertulis menggambarkan masa-masa anarki, para bangsawan bekerja di ladang, anak membunuh orang tua, sesama saudara saling bertikai, dan makam-makam dihancurkan. Beberapa sejarawan berpendapat bahwa kekacauan ini mungkin disebabkan oleh perubahan iklim besar yang memicu kondisi kekeringan di Mesir.
Kerajaan Pertengahan
Kerajaan Pertengahan berdiri setelah serangkaian peperangan antara penguasa Mesir Hulu (Selatan) melawan Mesir Hilir (Utara). Penguasa Mesir Hulu menang, dan mereka menyatukan kembali negara ini sekitar 2000 SM, dengan ibukota pertamanya di Thebes di selatan, dan ibukota lainnya adalah sebuah kota baru di sebelah selatan memphis.
Para Firaun pada periode ini tidak memiliki kekuasaan sebesar sebelumnya. Mereka lebih menampilkan diri sebagai penguasa yang memeprhatikan rakyatnya, alih-alih sebagai raja-dewa di Kerajaan Lama. Adalah para Nomark (pejabat lokal) yang memiliki kekuasaan cukup besar pada masa ini.
Pada periode ini, para Firaun pertama kali mulai menguasai wilayah di luar Mesir, seperti Yerusalem, Yerikho dan Suriah. Selain itu banyak terjadi perdagangan antara Mesir dengan Byblos, dekat beirut modern.
Periode Pertengahan Kedua
Sekitar 176 SM suatu bangsa yang disebut Hyksos menginvasi Mesir, mengakhiri Kerajaan Pertengahan dan memulai Periode Pertengahan Kedua. Bangsa Hyksos, yang datang dari Asia Barat, merebut bagian timur dari Delta Nil (Mesir timur laut, bagian yang terdekat dengan Asia), dan menetapkan ibukota di Memphis.
Tidak diketahui siapa sebenarnya bangsa Hyksos, namun mereka kemungkinan merupakan etnis Amori, yang menuturkan bahasa Semit (terkait dengan bahasa Ibrani dan Arab) dan datang dari daerah di sekitar Suriah dan Israel, suatu daerah yang banyak melakukan perdagangan dengan bangsa Mesir selama Kerajaan Pertengahan.
Bangsa Hyksos berkuasa selama sekitar seratus tahun, namun kemudian para penguasa selatan dari Thebes lagi-lagi mulai menaklukan kembali daerah Mesir utara. Dalam perang pembebasan ini, kedua bersaudara Kahmose dan Ahmose memerangi bansga Hyksos dan bangsa Nubia, yaitu etnis Afrika yang tinggal di sebelah selatan Mesir. Pada akhirnya mereka berhasil dan menyatukan kembali seluruh Mesir di bawah Kerajaan Baru.
*Kahmose dan Ahmose adalah salah satu tokoh yang berperan dalam mengakhiri kekuasaan bangsa Hyksos
Kerajaan Baru
Mesir memulai periode baru yang makmur di bawah dinasti ke-18. Firaun pertama nya bernama Amenhotep I, kemudian dipercaya bahwa Amenhotep I adalah ayah dari Thuthmose I yang akan menjadi penerus Firaun yang ke-3 dinasti ke-18. Nah, Pada masa kerajaan firaun Thutmose I inilah Nabi Musa As lahir, seperti yang diceritakan dalam Injil maupun Al-Quran, namun, saat itu Thuthmose I meninggal saat Musa kabur karena tidak sengaja memukul penjaga di kerajaan Firaun Thuthmose I hingga mati (masih ingat kan ceritanya?). Selama Musa kabur dari kerajaan Firaun yang telah mengangkatnya sebagai anak, Musa diangkat menjadi Nabi oleh Allah untuk terus menyadarkan para Firaun, ingat akan tugasnya belum selesai, maka Nabi Musa pun kembali ke Mesir, saat itu Firaun telah digantikan oleh Thuthmose II, anak dari Thuthmose I. Thuthmose II lah adalah Firau yang ditenggelamkan oleh Nabi Musa As, kerangkanya nya di temukan sudah rusak karena hantaman ombak laut merah.
Thuthmose I |
Pada tahun 1363 SM ada seorang Firaun terkenal bernama Akhenaten, yang mendirikan ibukota baru di Amarna da tampaknya menyembah satu dewa matahari baru, serta mengembangkan gaya seni baru. Istrinya bernama Nefertiti. Akhenaten tak memiliki putra, dan penerusnya adalah menantunya Tutankhamun yang menikah dengan saudaranya Ankhesenamun. Akan tetapi pada 1333 SM para Firaun kembali ke agama lama. (wkwkwk jadi inget film The Mummy & The Mummy Return).
Patung Akhenaten |
Patung Nefertiti |
Patung Tutankhamun |
Periode Pertengahan Ketiga
pada 1085 SM, Mesir terpecah. Tidak diketahui apa yang sebenarnya terjadi tapi kemungkinan terjadi wabah kekeringan yang parah. Sekitar 715 SM, seorang raja Sudan (atau Kush) hitam dari sebelah selatan Mesir, yang bernama Piye atau Piankhi, menginvasi dan menaklukan sebagian besar wilayah Mesir. Ia mendirikan Dinasti Firaun ke-25. Dinasti tersebut tidak berlangsung lama, karena suatu bangsa baru dari Asia Barat, yaitu bangsa Assyria, menaklukan Mesir dalam serangkaian perang yang berakhir pada 664 SM. Mereka mengusir bangsa Sudan dari Mesir. Meskipun demikian, Assyria tidak benar-benar mampu memerintah wilayah yang begitu jauh dari ibukota mereka di Nineveh, sehingga tidak lama kemudian para raja Lybia menguasa Mesir dan mendirikan Dinasti ke-26, dengan bantuan para tentara bayaran dari Yunani dan Lykia. Para raja ini disebut orang Sais, karena menetapkan ibukota di Sais, di utara Mesir.
Pada 609 SM Kekaisaran Assyria runtuh, dan para raja Sais berhasil menaklukan sejumlah wilayah di Israel dan Suriah. Akan tetapi pada 605 SM, Kekaisaran Babilonia di bawah seorang raja bernama Nebukhadnezzar mengalahkan Mesir dan merebut kembali Israel dan Suriah. Pada 525 SM, sebuah kekaisaran baru di Asia Barat, yaitu Kekaisaran Persia, menyerang dan menaklukan Mesir. Kali ini mereka sukses dalam memerintah Mesir.
Kekuasaan Persia
Baca juga informasi lainnya di UNI-QUEKekuasaan Persia
Persia menguasai Mesir sejak 525 SM, setelah berhasil mengalahkan bangsa Libya. Akan tetapi, setelah Persia mengalami kekalahan atas pasukan Yunani di Marathon pada 490 SM, bangsa Mesir memebrontak (pada 484 serta pada 460 SM) dengan bantuan Athena, namun gagal.
Pada 404 SM Mesir berhasil merdeka, berkat melemahnya Persia. Mesir mendirikan Dinasti ke-28, yang dilanjutkan oleh Dinasti ke-29 dan 30. Dinasti ke-28 berlangsung pendek dan hanya terdiri atas satu Firaun. Pada Dinasti ke-29, Mesir menjalin persekutuan dengan Sparta dan berhenti bekerjasama dengan Athena, karena Athena amat melemah seusai Perang Peloponnesos melawan Sparta. Dalam kesepakatan ini, Sparta membantu Mesir melawan Persia, dan Mesir mengirim banyak gandum sebagai balasannya. Sayangnya, Persia menangkap kapal-kapal gandum Mesir dalam perjalanan menuju Sparta sehingga hal ini tak berjalan baik.
Para Firaun pada Dinasti ke-30 berupaya mempertahankan Mesir sebagai neagra merdeka. Mereka memerangi invasi-invasi Persia. Suatu ketika, Persia menyerang Mesir namun harus mundur kembali karena Sungai Nil sedang meluap. Seperti para Firaun lainnya, mereka menjalin persekutuan dengan Sparta dan Athena serta kota-kota Yunani lainnya untuk dapat menghalau Persia. Beberapa dari mereka bahkan berusaha mengembalikan Mesir ke masa kejayaannya seperti pada Kerajaan Baru dengan cara menyerbu Suriah.
Akan tetapi pada akhirnya Mesir tidak sanggup terus-menerus bertahan menghadapi serbuan Persia, dan Persia berhasil menaklukan Mesir kembali pada 341 SM, setelah Mesir mengalami kermedekaan selama enam puluh tiga tahun. Pada 332 SM, Aleksander Agung menaklukan Mesir sebagai bagian dari usahanya menaklukan seluruh Kekaisaran Persia.
Kekuasaan Yunani
Pada 332 SM Aleksander Agung dari Makedonia menaklukan Mesir dengan pasukan Yunani. Pada awalnya, bangsa Mesir mengira bahwa Aleksander akan membiarkan Mesir merdeka. Akan tetapi, Aleksander justru menjadikan Mesir sebagian bagian dari kekaisarannya sendiri.
Setelah Aleksander meninggal pada 323 SM, kekaisarannya dibagi-bagi di antara para jenderalnya, dan salah satu jenderalnya yang bernama Ptolemaios memperoleh Mesir. Ptolemaios berkuasa di Mesir dan mendirikan Dinasti Ptolemaios atau Ptolemaik. Para Firaun Ptolemaios berhasil menaklukan kembali banyak wilayah di Israel dan Suriah. Mereka membawa serta bahasa dan kebudayaan Yunani ke Mesir, meskipun rakyat jelata di Mesir tetap menuturkan bahasa Mesir dan menyembah dewa-dewi Mesir.
Ptolemaios dan para keturuannya memerintah Mesir hingga Octavianus Augustus dari Romawi mengalahkan Firaun Mesir terakhir, yaitu Ratu Kleopatra, pada 30 SM. Sejak itu Mesir menjadi bagian dari Romawi.
Kekuasaan Romawi
Ketika Julius Caesar memperoleh kekuasaan di Romawi, sekitar 50 SM, para Firaun Ptolemaik, yaitu para raja Mesir dari etnis Yunani, amat sangat lemah dibanding Romawi.
Ketika Julius Caesar mengunjungi Mesir, ratu Mesir Ptolemaik, Kleopatra VII, meminta Caesar membantunya dalam perang saudara melawan saudara sekaligus suaminya yang masih remaja, Ptolemaios XIII.
Julius Caesar setuju dan membantu Kleopatra berkuasa, tapi kemudian menempatkan pasukan Romawi di Mesir, serta membawa Kleopatra ke Roma sebagai kekasih. Ketika Julius Caesar dibunuh di Roma pada 44 SM, Kleopatra pulang ke Mesir bersama pemimpin Romawi lainnya, Marcus Antonius, yang kemudian menjadi kekasihnya juga. Kleopatra memerintah Mesir selama empat belas tahun, memperoleh empat anak dan memimpin negaranya dengan sukses sambil melakukan manuver-manuver politik terhadap Romawi supaya Mesir bisa tetap merdeka.
Akan tetapi, dalam perang saudara antara keponakan Julius Caesar, Augustus, melawan Marcus Antonius, pihak Mesir yang dipimpin Antonius dan Kleopatra mengalami kekalahan. Mereka bunuh diri (atau dibunuh) pada 30 SM, dan setelah itu Mesir dikuasai penuh oleh Romawi.
Romawi menganggap Mesir amat berharga karena daerah tersebut amat subur dan menghasilkan begitu banyak bahan pangan. Sejumlah banyak makanan, terutama gandum (untuk dibuat menjadi roti), dikirim dari Mesir ke Roma sebagai pajak dalam kapal-kapal besar. Untuk memudahkan pengumpulan dan pengiriman pajak ini, Romawi mendirikan pemerintahan bergaya Romawi di Mesir, meskipun bahasa utama pemerintahan di Mesir tetap bahasa Yunni ali-alih bahasa Latin. Pada masa ini, rakyat jelata di Mesir juga memahami sejumlah perkataan Yunani.
Sekitar 300-400 M, sebagian besar orang Mesir menerima agama Kristen. Ada petikaian mengenai jenis Kristen apa, entah Arian atau Katolik, yang dianggap benar di Mesir.
Setelah Roma ditaklukan oleh Ostrogoth pada 476 M, pengiriman gandum dari Mesir dialihkan ke ibukota baru Romawi di Konstantinopel, dekat Laut Hitam, di tempat yang kini menjadi Turki.
Romawi menguasai Mesir hingga sekitar 700 M, selama kira-kira 700 tahun, hingga bangsa Arab menyerbu dan menaklukan Mesir.
Kekuasaan Islam
Seiring bangkitnya agama baru, Islam, di Asia Barat, bangsa Arab mendirikan suatu negara bernama Kekhalifahan Umayyah yang berpusat di Suriah. Mereka dengan cepat menaklukan Mesir juga, sehingga, seperti halnya dulu Mesir dukuasai oleh Assyria, Persia, Yunani, dan Romawi, kini Mesir dikuasai oleh bangsa Arab Islam. Akibat penaklukan ini, secara berangsur-angsur, sebagian besar bangsa Mesir berpindah agama dri Kristen menjadi Islam, dan mereka juga mulai menuturkan bahasa Arab. Sementara orang Mesir Kristen disebut Koptik. Ibukota baru juga didirikan di Mesir utara, tepatnya di Kairo.
Untuk sementara waktu pada tahun 1000-1300, Mesir merdeka dari Kekhalifahan Islam yang berpusat di Asia Barat dan mendirikan dinasti tersendiri yang beraliran Syi'ah dan disebut Fatimiyah. Pada masa ini banyak terjadi kemajuan di Mesir.
Akan tetapi Mesir kemudian ditaklukan oleh dinasti Ayyubiyah yang Sunni, dan kemudian oleh Mamluk. Sekitar tahun 1500, Mesir dikuasai oleh Kesultanan Utsmaniyah, hingga akhirnya Mesir merdeka pada masa modern.
*Pebedaan Islam Syi'ah dan Sunni, Syi'ah tidak sekadar mempunyai 2 kalimat syahadat, ditambah dengan 12 orang imam mereka, Islam Syi'ah meyakini bila tidak mengimani ke-12 imam juga, maka surga tidak diperuntukan bagi mereka yang tidak mengimani imam-imam nya, pokoknya perbedaan nya cuma itu.
Begitulah sejarah Agama di Mesir Kuno, jauh sebelum lahirnya agama, semua orang-orang di dunia ini intinya menganut Polytheism atau menyembah dewa-dewi yang jumlah nya ada banyak. Ini adalah Dewa dan Dewi kepercayaan orang-orang Mesir, sampai sekarang pun, masih banyak warga Mesir yang masih menyembah Dewa Ra, Horus, Anubis, dan Dewi Isis. Lalu ada juga sebutan untuk orang yang tidak mempercayai adanya Tuhan yang mengatur alam semesta ini disebut Atheist. Kita termasuk menganut Theism, yang hanya menyembah 1 Tuhan saja.
Baca juga artikel tentang Dewa dan Dewi kepercayaan Yunani, 12 Dewa-dewi Olympus.
Big thank's to Wiki book.
Comments
Post a Comment
Isi komentar yang baik dan mengandung masukan untuk penulis nya ya :)
sangat dilarang keras berkata kasar dan mengkomentari dengan gaya bahasa sarkasme sekalipun. #NoDigitalHate